Lanjut ke konten

Perasaan yang Tak Wajar

by pada 6 Desember 2012
(g-freethoughts.blogspot.com)

(g-freethoughts.blogspot.com)

Oleh Arinda Tara Putri

Siang yang terik, malah menghantarku melihat sesuatu yang tak aku inginkan. Aku berjalan ke tempat luas dan sejuk. Sepi. Terlihat sosok wanita sebaya yang duduk di sebelah pohon dengan perasaan yang tak wajar.

Dia temanku. Aku mendekat dan menyandarkan tubuhku di pohon itu. Aku hanya diam. Tak berkata apapun. Namun sepertinya, rasa sedih membuatnya menangis lebih kencang lagi. Aku masih tak berkata apapun. Tak lama aku memperhatikannya, dia menatapku dengan mata yang berkantung. Diam, lalu tertawa. Benar-benar bahagia. Tertawa sejadi-jadinya.

Dia Kenapa?

Perasaan senang dan sedih merupakan hal wajar yang dialami seseorang. Tapi kita perlu waspada. Setelah membicarakan dengan kakak lelakiku, aku tahu. Hal ini bisa menjadi bahaya, ketika perasaan senang dan sedih muncul secara tidak menentu dan tiba-tiba. Bisa jadi orang itu mengidap penyakit kejiwaan bernama Bipolar Disorder.

Faktanya, kebanyakan kasus ini terjadi pada umur  dewasa muda. Tahap kehidupan yang sangat melibatkan emosi dalam kesehariannya. Apabila kita perhatikan, saat seusia ini bisa menjadi tahap hidup yang penuh warna. Seseorang dapat merasakan kebahagiaan sekaligus kesedihan, yang amat berpengaruh pada diri dan lingkungannya sendiri.

Apakah Bipolar Disorder?

Adalah jenis penyakit psikologi, yang ditandai dengan perubahan mood (alam perasaan) sangat ekstrim. Penyakit ini disebut bipolar disorder, karena mengacu pada suasana hati penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) berlawanan, kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) secara tidak menentu dan tiba-tiba.

Setiap orang pernah mengalami suasana hati yang baik dan buruk (mood high and mood low). Aku juga pernah mengalami itu. Tapi penderita memiliki mood swings, pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. Seorang pengidap dapat merasa sangat antusias dan bersemangat (mania). Namun, ketika mood-nya berubah buruk, ia bisa sangat pesimis, putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri (depresi).

Penderita Bipolar Disorder biasanya mengalami episode mania ekstrim, ketika suasana hati seseorang meningkat secara klinis dan drastis. Episode mania ini kadang dapat menyebabkan gejala psikotik, seperti delusi dan halusinasi. Hal ini menyebabkan pergeseran serius dalam suasana hati, energi, berpikir, dan perilaku yang ekstrim (di satu sisi sangat bersemangat, di sisi lain sangat depresi).

Lebih dari sekadar suasana hati yang berlangsung sekilas, gangguan bipolar dapat berlangsung berhari-hari. Bahkan, berbulan-bulan. Tidak seperti suasana hati biasa, perubahan suasana gangguan bipolar sangat hebat, sehingga mereka mengganggu kinerja.

Apa Saja Gejalanya?

Gejala gangguan bipolar dapat mengganggu pekerjaan, sekolah, hubungan sosial, dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Nah, ini bisa gawat kan? Hal ini lebih membahayakan, karena sebagian besar penderita Bipolar Disorder biasanya tidak menyadari kalau ia mengidap penyakit tersebut. Makanya, pemahaman gejala penyakit ini harus dipahami banyak orang. Ya, termasuk kita.

Tiap penderita memiliki tingkat keparahan dan frekuensi yang berbeda-beda. Beberapa orang lebih rentan terhadap mania atau depresi, sementara yang lain bergantian antara periode mania dan depresi.

Penderita yang lebih rentan terhadap mania, biasanya merasa sangat “tinggi” dan optimis atau sangat mudah marah. Ia tidak realistis, bahkan bicara sangat cepat sehingga orang lain tidak dapat mengikuti. Jam tidur penderita yang mania sangat sedikit, tapi merasa sangat giat.

Pengidap penyakit ini sangat mudah terganggu untuk berkonsentrasi dan pikirannya biasa melompat-lompat cepat.  Gejala yang cukup parah adalah penderita bisa bertindak secara acak dan tidak beraturan tanpa berpikir tentang konsekuensi.

Selain itu, ada pula penderita yang lebih rentan terhadap depresi (kesedihan). Sebelumnya depresi bipolar disamakan dengan depresi biasa. Tetapi perkembangan penelitian menunjukkan, terdapat perbedaan yang signifikan antara keduanya. Terutama ketika berkonsultasi dengan psikiater.

Kebanyakan orang dengan depresi bipolar,  tidak dapat dibantu oleh antidepresan. Bahkan, risiko antidepresan dapat memicu gangguan bipolar lebih buruk (hypomania, mania yang dapat menyebabkan gangguan kestabilan suasana hati).

Meskipun banyak kesamaan, gejala tertentu lebih sering terjadi pada depresi bipolar daripada depresi biasa. Sebagai contoh, depresi bipolar lebih cenderung menyebabkan penderita lekas marah, rasa bersalah, tak bisa ditebak suasana hatinya serta perasaan gelisah.

Orang-orang dengan depresi bipolar juga cenderung bergerak dan berbicara pelan-pelan, tidur banyak, dan berat badan bertambah. Selain itu, mereka lebih mungkin mengembangkan depresi psikotik –suatu kondisi saat mereka telah kehilangan kontak dengan realitas– dan mengalami cacat besar dalam pekerjaan dan fungsi sosial.

Penderita sering merasa putus asa, sedih, atau kosong. Bahkan tidak mampu untuk mengalami kenikmatan. Lalu sering kelelahan atau kehilangan energi, mengalami kelesuan fisik dan mental, hingga adanya perubahan nafsu makan atau berat badan. Yang sering terjadi adalah penderita bipolar depresi selalu memiliki perasaan tidak berharga atau bersalah dan berpikir tentang kematian ataupun bunuh diri.

Sedangkan gangguan bipolar campuran merupakan kombinasi antara gejala mania dan depresi. Tanda-tanda umum episode campuran, termasuk gejala depresi dikombinasikan dengan agitasi, iritabilitas, kegelisahan, insomnia, dan pikiran yang berubah-ubah sangat cepat. Kombinasi energi tinggi dan rendah ini, membuat suasana hati yang sangat berisiko tinggi bunuh diri. Hal inilah yang menyebabkan tingkat kasus bunuh diri kian meningkat.

Mengapa Terjadi?

Setelah bicara begitu lama, kakak lelakiku menjelaskan ini. Gangguan jiwa bipolar adalah penyakit gangguan jiwa yang tidak selalu disebabkan oleh tekanan psikologis, melainkan karena terjadinya gangguan keseimbangan pada otak dan penyebab lainnya.

Salah satu penyebab pertama adalah faktor genetik. Gen bawaan adalah faktor umum penyebab bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari salah satu orangtua pengidap bipolar disorder, memiliki resiko mengidap penyakit yang sama.

Faktor fisiologis juga bisa menjadi penyebab, akibat terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak. Norepinephrin, dopamine, dan serotonin adalah beberapa zat kimia yang penting dalam penghantaran impuls syaraf. Pada penderita bipolar disorder, cairan-cairan kimia tersebut berada dalam keadaan yang tidak seimbang.

Sebagai contoh, suatu ketika seorang pengidap bipolar disorder dengan kadar dopamine yang tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif, dan percaya diri. Keadaan inilah yang disebut fase mania.

Sebaliknya dengan fase depresi. Fase ini terjadi ketika kadar cairan kimia utama otak menurun di bawah normal, sehingga penderita merasa tidak bersemangat, pesimis, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri yang besar.

Sistem neuroendokrin dalam faktor fisiologis juga berpengaruh. Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi hipotalamus, yang berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormon yang dihasilkan. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar pituarity. Kelenjar ini terkait dengan gangguan depresi, seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut, orang yang depresi memiliki tingkat cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi.

Satu lagi, faktor yang mempengaruhi terjadinya adalah lingkungan. Penderita belum tentu mewarisi gen Bipolar Disorder atau mengalami gangguan cairan otak. Faktor ini menjelaskan, penderita penyakit ini cenderung mengalami pemicu yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa pencapaian tujuan dalam hidup. Bahkan bisa karena jatuh cinta, putus cinta, ditinggal orang yang disayang, melihat kematian, atau sebagainya. Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan, antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan.

Bipolar Disorder bisa saja mulai muncul saat masa remaja, bila penderita kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan, seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain penyebab di atas, beberapa dapat pula menjadi pemicu, semisal stress, kurang tidur, alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita.

Apa yang Harus Dilakukan?

Seperti penjelasan sebelumnya, penderita belum tentu menyadari kalau ia mengidap penyakit kejiwaan ini. Perlu ada perhatian antar sesama, sehingga dapat mencegah penyakit ini semakin berkembang.

Berurusan dengan penyakit ini tidak mudah. Gaya hidup sehari-hari juga mempengaruhi diri seseorang untuk menderita penyakit yang sama. Usia dewasa muda yang mengalami gejala penyakit ini, biasanya membutuhkan orang lain untuk mengungkapkan yang dirasakannya.

Demi menghindari penyakit ini terjadi, beberapa hal dapat dilakukan. Misalnya, memberikan pengetahuan dan cara mengatasinya, jauhkan diri dari keadaan stress dan berpikir berat, refleksikan otak secara berkala, mencari dukungan dan tempat berbagi, hidup sehat, dan belajar mengendalikan suasana hati.

Mudah bukan? Lakukanlah..

One Comment
  1. azhmyfm permalink

    Arinda, tulisanmu suangaat keren dan menarik. Gaya bercerita saat memaparkan penjelasan ilmiah, merupakan cara terbaik untuk memikat pembaca. Padahal dari sisi tema, tulisan ini juga sudah menarik. Karena mungkin banyak di antara kita yang mengalami perasaan tak wajar ini, namun masih menganggapnya sekadar bad mood. Bukan penyakit yang dapat berbahaya..

    Soal penulisan, sangat lengkap dan detail. Ditambah gaya penulisan naratif, dengan atmosfir “riang” yang menggugah. Sayangnya kalimat yang mengungkap penuturan hanya sepintas dan ditempatkan di sedikit alinea saja. Juga penggunaan kalimat panjang pada banyak alinea, cenderung akan menjemukan. Termasuk, pengulangan nama penyakit yang terlalu sering,,

    So, kembangkan terus bakatmu. Dan berlatihlah, agar tulisanmu kian memikat. Jangan lupa, kirimkan ke media massa ya..

Tinggalkan komentar