Lanjut ke konten

Nenekku, Ibuku

by pada 10 Desember 2012
(jurnalhajiumroh.com)

(jurnalhajiumroh.com)

Oleh Eroe Arnow Fardhanazaroe

Umurku tak lebih dari 24 bulan saat aku tak lagi merasakan kasih sayang yang penuh dari kedua orang tuaku. Hidup hanya bersama papa dan mbah yang sudah tidak muda lagi. Papa sibuk dengan pekerjaanya untuk mencari nafkah demi memenuhi semua kebutuhan yang aku perlukan sebagai pengajar di salah satu universitas swasta di ibu kota.

Sedangkan aku hanya tinggal di rumah bersama mbah yang sangat menyayangiku. Walaupun hanya mbah yang menemaniku disaat papa sedang sibuk bekerja namun aku tak sama sekali merasa sepi bahkan kurang kasih sayang. Yaa.. karena mbahku yang selalu ada buatku menjadikan hidupku seperti merasa memiliki seorang mama yang sesungguhnya.

Papa dan mama bercerai sejak usiaku 2 tahun karena perbedaan prinsip yang sudah tidak dapat di toleransi lagi. Maka dari itu akupun tidak merasakan kasih sayang yang seharusnya aku dapatkan dari sosok seorang ibu, tetapi karena ada mbah yang menyayangiku maka aku tidak merasakan kesepian karena tidak adanya sosok seorang ibu. Aku sangat bersyukur dengan keadaan yang aku alami karena masih banyak orang yang sangat sayang kepadaku.

Mbah bagiku sebagai sosok yang sangat berjasa dan sangat berarti dalam hidupku. Mbah tidak pernah mengeluh dalam mengasuh diriku. Setiap hari dengan penuh kasih sayang beliau selalu menemaniku. Prihatin memang kondisi aku pada saat itu. Mungkin pada saat itu bagiku tidak penting dan tidak terlalu memikirkan keadaanku apa yang terjadi padaku. Mbah tidak pernah menggoreskan kesedihannya di depanku, hanya raut muka yang sudah rentan namun selalu tersenyum kepadaku.

Kini mbah sudah telah meninggalkanku untuk selamanya. Tidak ada lagi sosok pengganti ibu yang mendampingiku. Mbah pergi meninggalkanku saat umurku 18 tahun. Ada penyesalan dalam hati ketika nenek sedang terkulai lemah di rumah sakit namun aku tidak ada di sampingnya hingga ajal menjemputnya. Tetapi sangat bertolak belakang dengan sikap aku terhadap mbah, sedangkan mbah selalu ada saat aku butuhkan namun pada saat mbah membutuhkan aku namun aku tidak ada di samping untuk menemaninya. Penyesalan tinggalah penyesalan yang tidak akan bisa di perbaiki lagi ataupun di ulang kembali. Hanya tutur doa yang dapat aku lakukan. Iringan doaku menjadi ketenangan baginya di sana. Amin ya Rabbalallamin..

Jika kamu berpikir malaikat tanpa sayap itu kekasih yang kamu dambakan maka kamu kurang tepat, karena malaikat tanpa sayap itu ialah orang tuamu. Jika kamu bilang cinta paling suci ialah cinta terhadap kekasihmu maka kmau kurang tepat, karena cinta paling suci ialah cinta yang dimilliki oleh orang tua terhadap anaknya. Begitu besar kasih sayang yang mereka berikan. Begitu ikhlas cinta yang telah mereka tuangkan. Bukanlah uang yang mereka harapkan. Bukan juga status sosial yang mereka inginkan. Kebahagiaanmulah dan kesuksesanmulah sebagai anaknya yang mereka idam-idamkan di masa depan.

Sudahkah kamu membahagiakan orang di sekelilingmu yang tulus megasihimu? Jangan pernah kamu menyia-nyiakan waktu dan kesempatan yang dapat kamu lalui bersama orang yang mengasihimu, karena penyesalan selalu datang setelah saat semua telah terjadi. Luangkanlah waktu dan curahkanlah semua perhatianmu untuk mereka yang mengasihimu sebelum satu-per satu dari mereka pergi meninggalkanmu untuk selamanya.

Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar